Berkebun Jati

avatar

img_0.4646671696012971.jpg

img_0.3440275091501179.jpg

img_0.10942992857915014.jpg

Selamat siang semua, aku teringat pada sekitar 10 tahun yang lalu, waktu itu profesiku masih jadi kuli serabutan.
Jangankan untuk beli barang mewah, untuk beli susu anak saya saja tak mampu.

Seorang ayah mana yang tak memikirkan masa depan anaknya. Kala itu aku berpikiran pesimis tentang masa depan anakku.

Apa mungkin aku bisa kuliahkan anakku, dengan penghasilan tak lebih dari 5 dolar
Itu saja tak selalu aku dapatkan.
Bagaimana caranya, aku ingin masa depan anakku jauh lebih baik dariku.

Dari menabung kayaknya tak mungkin, aku tak boleh menyerah karena keterpurukanku kala itu. Aku teringat tanah kebun peninggal milik mendiang ayahku, yang mangkrak tak terawat sepeninggal ayahku.
Padahal dulu sewaktu ayahku hidup, kebun alas lahan pokok berkebunnya.

Seperti menanam timun, jagung, kacang panjang, sayur pare, singkong dan jagung jadi sumber penghasilannya.

Tapi setelah ayahku tiada, kebun alasku di biarkan begitu saja.

Pikirku sayang jika ada lahan kosong tak di manfaatkan. Lalu aku rencanakan menanaminya lagi, tapi aku menanaminya dengan tanaman yang tidak terlalu repot perawatannya.

Pohon jati, mahoni, dan albasia.
Tiga kandidat yang akan aku tanam di kebun kosongku nanti. Sebelumnya aku harus ceritakan keniatanku kepada ibuku, supaya aku dapat restu ridlonya.

Lega rasanya karena keniatanku di setujui ibuku. Beruntung waktu curah hujan mau berganti musim panas.

Tanah yang lembab, jadi tidak susah aku cangkuli tanah untuk menanamnya.
Bibit pohon jati aku dapat dari anakannya yang liar tak terawat. Hanya perlu buat lubang baru berjajaran saja.

Hari ini mumpung aku masih didesa aku berniat sempatkan menengok investasi jangka panjangku. Tempatnya sekitar 1 kilometer dari rumahku, kalau aku tempuh dengan jalan kaki mungkin bisa sampai 60 menit sampai kesana. Lalu aku ambil sepeda supaya cepat dan aman menaruhnya.

Dengan bersepeda mungkin waktu 15 menit cukup aku kira untuk sampai kesana.
200 meter perjalananku terhenti sejenak, mataku tergoda oleh pesona kembang terompet pinggir jalan.

img_0.08463691044300636.jpg

img_0.969381706069889.jpg

img_0.1393283061113145.jpg

img_0.2009239648205994.jpg
Letak bunga Terompet disebelah kiri jalan.
Aku geserkan posisi ponselku lurus kedepan, tak luput jalan setapak penghubung antar desa menambah keindahan desaku Wonosari, Kebumen.

img_0.007128991085966415.jpg

img_0.967449806425361.jpg

img_0.21060959379721705.jpg
Aku kayuh sepeda dan berniat menaruh sepedaku, aku rasa aman kalau aku taruh disini tempat yang jauh dari keramaian.

img_0.5773426833100529.jpg
Saat ini didesaku sudah musim tanam jadi tidak terlihat aktivitas disini.
img_0.4402906712958725.jpg

img_0.25287000693014894.jpg

img_0.015622097060301784.jpg
Sampailah pada tempat tujuan, agak miris lihat kebun jati yang tanam dulu. Jauh dari kata rapi, rumput yang tinggi dan daun jati yang berjatuhan tak tersentuh lagi olehku
img_0.9393695485650965.jpg

img_0.272317976621964.jpg

img_0.6623551387319876.jpg

img_0.21255192455811775.jpg

img_0.3772581498211135.jpg

img_0.43972658067849946.jpg

img_0.03881665119239871.jpg
Semoga 15 atau 10 tahun lagi, aku bisa menikmatinya untuk biaya sekolah anakku.
Terima kasih kepada pembaca yang budiman sudah menemani saya berkebun siang ini.

Kebumen, Indonesia



0
0
0.000
2 comments
avatar

apa memang tidak perlu dirawat sama sekali om. bukannya perlu dirawat juga biar pohonnya mau tegak tinggi? tidak banyak bengkoknya?

0
0
0.000
avatar

harusnya sih, tapi ga sempat blih

0
0
0.000